Setiap penelitian besar selalu dimulai dari sebuah ide. Namun, ide penelitian bukan muncul secara tiba-tiba layaknya inspirasi seniman. Ia lahir melalui proses pengamatan, perenungan, dialog ilmiah, dan penguasaan literatur. Bagi banyak mahasiswa, khususnya di jenjang S1 hingga S3, menemukan ide yang “layak diteliti” sering kali menjadi tantangan pertama dan terberat dalam perjalanan akademik mereka.
Padahal, menggali ide bukan sekadar proses kreatif—ini adalah langkah strategis yang menentukan arah dan kebermaknaan penelitian. Tanpa ide yang kuat dan relevan, penelitian cenderung kehilangan arah dan gagal memberi kontribusi nyata, baik bagi ilmu pengetahuan maupun masyarakat.
Dari Fenomena ke Permasalahan
Langkah awal dalam menemukan ide penelitian adalah dengan mengamati fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar. Fenomena ini bisa bersumber dari:
-
Kegiatan sehari-hari (misalnya, kesulitan UMKM dalam memanfaatkan platform digital),
-
Pengalaman kerja atau magang (misalnya, praktik ketenagakerjaan di perusahaan startup),
-
Isu sosial atau ekonomi yang sedang berkembang (misalnya, ketimpangan digitalisasi desa dan kota),
-
Atau bahkan dari diskusi dan literatur yang dibaca (misalnya, kritik terhadap pendekatan teori klasik yang tidak lagi relevan dengan kondisi kontemporer).
Namun perlu dicatat, fenomena tidak selalu langsung bisa menjadi topik penelitian. Ia harus difilter, dianalisis, dan disempitkan menjadi suatu isu spesifik yang bisa dirumuskan secara ilmiah.
Menurut Machi dan McEvoy (2016), salah satu pendekatan efektif dalam tahap ini adalah dengan membuat peta konsep atau mind map. Dengan metode ini, peneliti dapat mengaitkan ide utama dengan subtopik-topik yang lebih sempit, sehingga membantu menyusun alur berpikir dari fenomena luas ke permasalahan spesifik.
Memastikan Ide Relevan dan Bernilai Ilmiah
Setelah mengidentifikasi topik, langkah berikutnya adalah mengecek relevansi dan kebaruan ide tersebut. Beberapa pertanyaan kunci yang perlu dijawab:
-
Apakah topik ini sudah banyak diteliti sebelumnya?
-
Jika ya, aspek apa yang belum dijelajahi secara mendalam (research gap)?
-
Apakah ide ini relevan dengan kondisi sosial, ekonomi, atau kebijakan terkini?
-
Apa kontribusi potensial dari riset ini—baik teoritis maupun praktis?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mahasiswa perlu melakukan tinjauan awal literatur. Jangan menunggu sampai Bab II untuk membaca jurnal dan buku—proses eksplorasi literatur harus dilakukan sejak awal, agar ide yang dibangun berdiri di atas pijakan akademik yang kuat (Ridley, 2012).
Contohnya, jika ingin meneliti “digitalisasi pariwisata desa,” peneliti bisa menelusuri jurnal-jurnal terkini di Scopus atau Sinta terkait smart tourism, rural innovation, atau digital adoption. Dari sana akan tampak apakah ada celah teoritis atau kontekstual yang bisa diangkat menjadi topik penelitian baru.
Formulasi Awal dalam Kalimat Kritis
Setelah melalui proses eksplorasi fenomena dan literatur, langkah selanjutnya adalah menuliskan ide dalam bentuk kalimat fokus penelitian awal. Kalimat ini bukan rumusan masalah resmi, tetapi semacam notasi kritis untuk mengarahkan fokus berpikir.
Contoh:
“Meskipun teknologi digital berkembang pesat, banyak desa wisata di Indonesia yang belum mampu mengadopsinya secara optimal. Hal ini membuka peluang untuk meneliti faktor-faktor yang memengaruhi adopsi teknologi dalam konteks pariwisata desa.”
Kalimat seperti ini bisa menjadi dasar untuk mengembangkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan landasan teori di tahap berikutnya.
Peneliti Harus Menjadi Pemikir Kritis
Menemukan ide bukan sekadar mengikuti tren atau menyalin dari skripsi senior. Seorang peneliti harus punya sikap kritis, ingin tahu, dan kepekaan terhadap masalah. Tidak ada ide yang terlalu kecil untuk diteliti—selama ide tersebut dirumuskan secara ilmiah, berdasarkan literatur, dan menjawab kebutuhan nyata.
Referensi:
-
Machi, L. A., & McEvoy, B. T. (2016). The Literature Review: Six Steps to Success (3rd ed.). Corwin Press.
-
Ridley, D. (2012). The Literature Review: A Step-by-Step Guide for Students (2nd ed.). SAGE Publications.